Aku baru mulai aware terhadap yang namanya bola pas lagi kelas 2 SMU. Bagaimana gak, obrolan teman-teman di kelas melulu soal bola. Biasanya cuma tau timnas, piala dunia dan piala bukan dunia (*euro maksudnya)
Nonton berita bola jadi kian sering dilakonin biar obrolan dengan teman-teman bisa nyambung. Liga yang menarik perhatianku saat itu adalah liga italia. Yang pada tahun itu, 1997-1998, nama Internazionale FC begitu menarik perhatian.
Saat itu aku bener-bener buta soal yang namanya bola dan klub bola. Mungkin ini yang namanya cinta pertama, cinta yang sampai saat ini tak pernah padam, cinta pada klub bola yang bernama lengkap Internazionale of Milan Football Club, sering disebut inter atau intermilan. Dan aku adalah interisti (*sebutan untuk fans intermilan)
Sejak tahun itu, inter memang sangat sedikit memperoleh trofi bergengsi. Hanya juara piala UEFA yang hadir di awal aku menyukai inter. Selanjutnya hanya sekedar "nyaris". Tapi hal itu tak pernah membuatku beralih menyukai klub besar eropa lain yang sudah menjadi langganan trofi bergengsi. Niat dan usaha presiden inter, Massimo Moratti pun tak pernah surut. Berbagai bintang lapangan hijau ia datangkan untuk dapat menghadirkan piala di lemari inter. Rekor transfer juga sering dipecahkan sejak tahun itu. Mulai dari Ronaldo, Christian Vieri dan lain-lain.
Penantian panjang itu pun akhirnya datang. Musim 2004/2005 inter akhirnya merengkuh trofi Coppa Italia, ini awal dari trofi-trofi bergengsi lainnya yang dikuasai inter. Scudetto hadir setahun kemudian, 2005/2006, setelah puasa trofi ini selama 17 tahun, di bawah kepelatihan Roberto Mancini. Yang paling membahagiakan bagi interisti di dunia, inter berhasil merebut juara liga champion, setelah tak pernah menyentuh trofi ini selama 45 tahun!!! sekaligus menjadikannya sebagai peraih Treble Winner musim 2009/2010 (sebutan bagi klub yang berhasil merebut tiga trofi resmi di tingkat negara dan eropa), yakni scudetto, coppa italia dan liga champion eropa dibawah kepelatihan the special one, Jose Mourinho.
Setelah merebut treble winner itu, inter memang seakan-akan antiklimaks. Beberapa bintangnya terpaksa dijual karena alasan finansial akibat krisis global. dan kian menuanya bintang-bintang yang bertahan. Hal ini berdampak buruk bagi prestasi inter.
Tapi, interisti tetaplah interisti,, di saat apapun, sejak pertama ku memilih jersey biru hitam, aku tak pernah melewatkan momen apa pun tentang inter. Menang, seri, atau kalah hanyalah hasil. Loyalitas tetap abadi.
Forza La Grande INTER!!!
Nonton berita bola jadi kian sering dilakonin biar obrolan dengan teman-teman bisa nyambung. Liga yang menarik perhatianku saat itu adalah liga italia. Yang pada tahun itu, 1997-1998, nama Internazionale FC begitu menarik perhatian.
Saat itu aku bener-bener buta soal yang namanya bola dan klub bola. Mungkin ini yang namanya cinta pertama, cinta yang sampai saat ini tak pernah padam, cinta pada klub bola yang bernama lengkap Internazionale of Milan Football Club, sering disebut inter atau intermilan. Dan aku adalah interisti (*sebutan untuk fans intermilan)
Sejak tahun itu, inter memang sangat sedikit memperoleh trofi bergengsi. Hanya juara piala UEFA yang hadir di awal aku menyukai inter. Selanjutnya hanya sekedar "nyaris". Tapi hal itu tak pernah membuatku beralih menyukai klub besar eropa lain yang sudah menjadi langganan trofi bergengsi. Niat dan usaha presiden inter, Massimo Moratti pun tak pernah surut. Berbagai bintang lapangan hijau ia datangkan untuk dapat menghadirkan piala di lemari inter. Rekor transfer juga sering dipecahkan sejak tahun itu. Mulai dari Ronaldo, Christian Vieri dan lain-lain.
Penantian panjang itu pun akhirnya datang. Musim 2004/2005 inter akhirnya merengkuh trofi Coppa Italia, ini awal dari trofi-trofi bergengsi lainnya yang dikuasai inter. Scudetto hadir setahun kemudian, 2005/2006, setelah puasa trofi ini selama 17 tahun, di bawah kepelatihan Roberto Mancini. Yang paling membahagiakan bagi interisti di dunia, inter berhasil merebut juara liga champion, setelah tak pernah menyentuh trofi ini selama 45 tahun!!! sekaligus menjadikannya sebagai peraih Treble Winner musim 2009/2010 (sebutan bagi klub yang berhasil merebut tiga trofi resmi di tingkat negara dan eropa), yakni scudetto, coppa italia dan liga champion eropa dibawah kepelatihan the special one, Jose Mourinho.
Setelah merebut treble winner itu, inter memang seakan-akan antiklimaks. Beberapa bintangnya terpaksa dijual karena alasan finansial akibat krisis global. dan kian menuanya bintang-bintang yang bertahan. Hal ini berdampak buruk bagi prestasi inter.
Tapi, interisti tetaplah interisti,, di saat apapun, sejak pertama ku memilih jersey biru hitam, aku tak pernah melewatkan momen apa pun tentang inter. Menang, seri, atau kalah hanyalah hasil. Loyalitas tetap abadi.
Forza La Grande INTER!!!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar