Surabaya, 16 Mei 2013
Pagi ini aku bertemu seorang teman
Wajahnya nampak cerah dan ceria,,
Namun matanya tak bisa menyembunyikan ke gundahan
Menyimpan rindu yang mendalam
Sesaat ku sapa dia,, dan mengobrol tentang aktifitasnya
Aktifitasnya yang begitu padat, begitu menguras fisik dan juga mental
Begitu melelahkan bagi seorang wanita
Sejenak ku sisipkan suatu pertanyaan yang sebenarnya sudah ku tau jawabannya
"Mba,, kapan terakhir ketemu anak di Tana Paser?"
Dengan berkaca-kaca ia menjawab pelan
"Sudah 6 bulan tak bertemu"
Dia tak bertemu anaknya yang berusia 3 tahun itu sudah cukup lama
Dan dia melanjutkan,,
"Mungkin 18 bulan kedepan belum tentu bisa ketemu"
Terenyuh mendengar kata-kata ibu ini,,
Seorang ibu yang harus berpisah jauh dengan keluarganya
Dia terpaksa kehilangan masa emas anaknya
Anak sekecil itupun harus rela kehilangan kasih sayang ibunya
Berpisah bukan karena masalah keluarga
Berpisah karena tuntutan profesinya
Berpisah karena dia harus melanjutkan pendidikannya
Berpisah untuk mengamalkan ilmunya bagi orang banyak
Dia tidak sendiri,,
Ternyata banyak yang mengalami hal sama di dalam komunitasnya
Mereka pergi jauh demi sebuah pengetahuan
Pengetahuan yang membutuhkan banyak pengorbanan
Pengorbanan waktu, keluarga, dan kesenangan
Mungkin aku saat ini hanya sedikit beruntung
Beruntung karena masih punya sedikit waktu
Beruntung karena masih punya sedikit biaya lebih
Untuk berkumpul bersama keluarga
Sering terbesit,,
Waktu kami banyak digunakan untuk merawat dan memperhatikan kesehatan orang lain
Namun tidak jarang anak, istri atau suami, orang tua sakit tanpa kami punya waktu untuk merawatnya
Tapi itulah pilihan hidup,,
Pengabdian sering kali menjadi pelecut semangat
Semoga anak dan keluarga bisa mengerti
Hidup bukan hanya milik diri sendiri,, tapi juga milik orang lain yang membutuhkan
Segelintir orang boleh saja mencaci maki profesi ini
Profesi yang tak pernah mogok kerja kerena gaji lebih rendah dibanding sopir busway
Mereka mungkin belum mengerti
Naluri kami tak mampu menelantarkan si sakit demi menuntut sebuah kelayakan
Kami tak perlu mengorbankan jiwa orang lain demi kesejahteraan diri
Apakah mereka pernah berfikir?
Sebelum kami mendapatkan amanat ini, begitu banyak pengorbanan yang dilalui
Bukan untuk dipuji, hanya ingin sedikit dihargai
Dokter juga manusia, punya hati dan punya sisi kehidupan selayaknya manusia
Selamat hari ibu (walaupun sudah lewat)
dan Selamat Hari Bakti Dokter Indonesia ke-105 (20 Mei 2013)
Pagi ini aku bertemu seorang teman
Wajahnya nampak cerah dan ceria,,
Namun matanya tak bisa menyembunyikan ke gundahan
Menyimpan rindu yang mendalam
Sesaat ku sapa dia,, dan mengobrol tentang aktifitasnya
Aktifitasnya yang begitu padat, begitu menguras fisik dan juga mental
Begitu melelahkan bagi seorang wanita
Sejenak ku sisipkan suatu pertanyaan yang sebenarnya sudah ku tau jawabannya
"Mba,, kapan terakhir ketemu anak di Tana Paser?"
Dengan berkaca-kaca ia menjawab pelan
"Sudah 6 bulan tak bertemu"
Dia tak bertemu anaknya yang berusia 3 tahun itu sudah cukup lama
Dan dia melanjutkan,,
"Mungkin 18 bulan kedepan belum tentu bisa ketemu"
Terenyuh mendengar kata-kata ibu ini,,
Seorang ibu yang harus berpisah jauh dengan keluarganya
Dia terpaksa kehilangan masa emas anaknya
Anak sekecil itupun harus rela kehilangan kasih sayang ibunya
Berpisah bukan karena masalah keluarga
Berpisah karena tuntutan profesinya
Berpisah karena dia harus melanjutkan pendidikannya
Berpisah untuk mengamalkan ilmunya bagi orang banyak
Dia tidak sendiri,,
Ternyata banyak yang mengalami hal sama di dalam komunitasnya
Mereka pergi jauh demi sebuah pengetahuan
Pengetahuan yang membutuhkan banyak pengorbanan
Pengorbanan waktu, keluarga, dan kesenangan
Mungkin aku saat ini hanya sedikit beruntung
Beruntung karena masih punya sedikit waktu
Beruntung karena masih punya sedikit biaya lebih
Untuk berkumpul bersama keluarga
Sering terbesit,,
Waktu kami banyak digunakan untuk merawat dan memperhatikan kesehatan orang lain
Namun tidak jarang anak, istri atau suami, orang tua sakit tanpa kami punya waktu untuk merawatnya
Tapi itulah pilihan hidup,,
Pengabdian sering kali menjadi pelecut semangat
Semoga anak dan keluarga bisa mengerti
Hidup bukan hanya milik diri sendiri,, tapi juga milik orang lain yang membutuhkan
Segelintir orang boleh saja mencaci maki profesi ini
Profesi yang tak pernah mogok kerja kerena gaji lebih rendah dibanding sopir busway
Mereka mungkin belum mengerti
Naluri kami tak mampu menelantarkan si sakit demi menuntut sebuah kelayakan
Kami tak perlu mengorbankan jiwa orang lain demi kesejahteraan diri
Apakah mereka pernah berfikir?
Sebelum kami mendapatkan amanat ini, begitu banyak pengorbanan yang dilalui
Bukan untuk dipuji, hanya ingin sedikit dihargai
Dokter juga manusia, punya hati dan punya sisi kehidupan selayaknya manusia
Selamat hari ibu (walaupun sudah lewat)
dan Selamat Hari Bakti Dokter Indonesia ke-105 (20 Mei 2013)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar